Kamis, 02 September 2010

Tak Dapat Diselamatkan

Pada tanggal 21 Agustus 2010 ada kejadian yang sangat memprihatinkan. Temanku seorang perempuan guru yang tinggal di Kampung Cimoyan Kelurahan Cimoyan akan melahirkan anaknya. Persalinan dibantu oleh seorang bidan desa dan dukun beranak. Peralatan yang digunakan sangat sederhana. Proses persalinan sangat sulit. Bayi yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar sedangkan si ibu sudah mulai kelelahan dan air ketuban sudah pecah. Akhirnya diputuskan untuk membawa Ibu tersebut ke rumah sakit Pandeglang.
Suatu perjalanan yang panjang dan menyakitkan membawa perempuan yang akan melahirkan dari Kampung Cimoyan ke kota Pandeglang. Kampung Cimoyan itu sendiri berjarak kurang lebih 5 kilometer dari Patia. Kondisi jalan rusak parah. Untuk mencapai Patia harus menyebrangi sebuah sungai dengan sebuah sampan. Maka dikerahkan 30 orang laki-laki untuk menyebrangkan sampan yang ditumpangi perempuan yang sedang dalam proses persalinan. Para lelaki itu secara bergantian menggotong sampan untuk sampai menyebrangi sungai. Dibutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di Patia. Perempuan itu kemudian dipindahkan ke mobil untuk dibawa ke Pandeglang. Perjalanan ke Pandeglang membutuhkan waktu 4 jam. Perempuan itu sudah tampak pucat pasi dan sudah tak sadarkan diri.
Setiba di Rumah Sakit Pandeglang, impus diganti dengan penambah darah yang berisi cairan agak merah. Temanku itu sudah tak berdaya. Setelah di USG ternyata bayi itu sudah meninggal. Keputusan dokter adalah melakukan operasi sesar untuk menyelamatkan ibunya dan akan dilaksanakan keesokan hari.
Pukul 10 pagi operasi sesar dilaksanakan. Bayi perempuan yang cantik, bersih dan tampak sehat telah dikeluarkan dari perut ibunya. Beratnya 3.6 kg. Sayang, sosok bayi itu tak bergerak untuk selama-lamanya. Ibu bayi tak sadarkan diri selama 4 jam karena kaget anaknya telah tiada.
Pelayanan kesehatan di Cimoyan sangat minim dan belum mendapatkan perhatian yang sepatutnya. Puskesmas sederhana tersedia tetapi tidak ada dokter yang bertugas dan fasilitas rawat inap. Keterampilan bidan desa dan kemampuan dukun beranak sangat perlu ditingkatkan. Bidan desa atau dukun beranak harus mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat yang kritis.

Rabu, 01 September 2010

Kabar Gembira

Pagi hari aku mengajar di MTs Surianeun meskipun badan terasa kurang enak, badan terasa panas dan sakit semua. Tetapi Aku tahan demi anak-anak. Aku tidak tega melihat murid-murid tidak belajar dan berkeliaran di luar kelas.
Pagi itu juga Aku bersama seorang teman pergi ke Patia dengan sepeda motor. Tiba di daerah yang banyak pesawahan, aku melihat sebuah mobil kijang berhenti karena terjebak di kubangan lumpur. Mobil itu tidak bisa bergerak mundur apalagi maju. Terlihat 4 orang turun dari mobil dan kebingungan mencari cara agar mobil mereka bisa berjalan kembali. Aku menghampiri, ternyata mereka adalah wartawan dari media Kompas, yang datang ke sana untuk melihat keadaan jalan dan memberi kabar pada penduduk bahwa jalan akan segera dibangun di bulan September ini. Penduduk amat sedang mendengar kabar itu dan mereka memberi bantuan bergotong royong mendorong mobil agar mobil bisa melaju kembali. Para wartawan menelusuri jalan dan berhenti di kantor Kecamatan.
Ternyata Aku juga mendengar kabar yang sama dari Pak Lurah tentang rencana perbaikan jalan. Aku merasa senang karena itulah harapan ku dan penduduk Patia yang telah lama menunggu perbaikan jalan. Mudah-mudahan ini menjadi langkah awal bagi Kecamatan Patia untuk lebih maju dan terlepas dari ketertinggalan.