Selasa, 10 Agustus 2010

Kebanjiran

Senin siang 26 Juli 2010 aku mengalami perasaan yang tidak enak. Hati ku bertanya-tanya apa yang akan terjadi? Pukul 2 siang seseorang mengetuk pintu kontrakanku. Ternyata, setelah dibuka ibu pemilik rumah kontrakan dan mengatakan bahwa aku harus pindah hari ini juga karena rumah kontrakan akan dipakai oleh anaknya yang baru kembali dari Jakarta. Mau apa lagi, akhirnya aku bergegas mengemasi barang-barang dan pindah ke tempat lain. Aku pindah ke rumah kontrakan yang letaknya atau keadaan tanahnya lebih rendah dari rumah kontrakan sebelumnya dan letak rumahnya agak dekat dengan sungai. Bangunan rumah kontrakan merupakan bagian dari rumah pemiliknya yang berbentuk huruf L. Aku menempati bagian paviliunnya. Warna cat tembok sudah suram dan lantainya dari keramik berwarna ungu. Bulu kudukku merinding ketika memasuki rumah itu. Tidak ada pilihan lain aku terpaksa menempati rumah itu.
Malamnya kebetulan malam Nisfu Sya'ban. Hari tutup buku amal perbuatan bagi kaum muslimin. Aku membaca surat Yasin sebanyak 3 kali sementara di luar hujan turun terus menerus sejak pukul 4 sore. Semakin malam, suasananya semakin sepi dan hening sementara gemericik air hujan tak kunjung berhenti. Tiba-tiba listrik mati dan tak lama kemudian air dari luar rumah masuk dari bawah pintu. Tidak terlalu besar tapi aku bergegas keluar mencari tempat atau datarang yang lebih tinggi untuk berjaga-jaga kalau-kalau terjadi banjir besar dengan tiba-tiba. Aku mengungsi ke rumah Bapak Aji, seorang guru di sana hingga pukul 4 pagi dan tidak tidur sekejap pun. Kemudian aku kembali ke rumah kontrakan untuk membersihkan bekas banjir.
Pagi sekitar pukul 7 aku berangkat ke Menes untuk tugas mengajar di sana. Walaupun hujan belum berhenti aku memaksakan diri untuk berangkat. Sepanjang jalan terlihat banjir dan air sungai sudah mencapai bibir jembatan. Aku terus mendorong motor di tengah guyuran hujan dan tiba di Desa Babakan hujan pun masih terus tercurah. Aku berhenti dan berteduh sementara bajuku sudah basah kuyup karena tidak membawa jas hujan.
Pukul 8:40 aku tiba di MTs Menes. Teman-teman guru melihatku dengan rasa kasihan karena aku memaksakan diri untuk mengajar. Dengan baju masih basah aku tetap memberikan mata pelajaran kepada murid-muridku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar