Senin, 02 Agustus 2010

Tahun Ajaran Baru 2010

Pada tahun ajaran baru 2010 ini aku mengajar di 3 sekolah dengan pembagian waktu 3 hari di Menes dan 3 hari di Patia dan Surianeun. Mata pelajaran yang aku ajarkan ialah ipa terpadu: kimia, fisika dan biologi. Satu lagi mata pelajaran tambahan mulok, yaitu bahasa Sunda. Untuk mempermudah kelancaran mengajar, aku mencari rumah kontrakan di Desa Surianeun, yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Pagi hari sampai pukul 13:00, aku mengajar di MTs dan pukul 13:00 aku mengajar di SMK Patia. Jarak dari Surianeun ke Patia lumayan jauh, tapi jarak yang jauh itu tidak mematahkan semangatku untuk berjuang sebagai guru.
Pengenalan materi aku sampaikan terlebih dahulu, banyak hal yang menarik yang kudapatkan dari murid-murid. Mereka kebanyakan adalah penduduk asli tempat ini dan ada juga beberapa murid yang datang dari jauh. Cerita mereka untuk sampai ke sekolah penuh suka dan duka. Tapi semangat belajar mereka sangat membanggakan dan tidak kalah dengan murid-murid yang sekolah di daerah yang sudah berkembang. Salah satu kegiatan ekstrakulikulier mereka ialah kegiatan paskibraka, yang selalu terpanggil dalam acara peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus.
Ini merupakan pengalaman pertama mengajar dan bertatap muka di tahun ajaran baru di tempat kerja baru, tempat tinggal baru, dan murid-murid yang bertambah banyak. Keadaan di sekolah masih serba sederhana, menulis di papan tulis hitam dan menggunakan kapur tulis. Aku sempat grogi ketika menulis di papan tulis menggunakan kapur tulis. Beberapa kali kapur tulis patah ketika menulis dan jadi bahan tertawaan murid-murid. Maklumlah, terbiasa memakai spidol hitam di papan 'whiteboard'. Di dalam kelas masih ada murid yang memakai sandal dan ketika aku tanyakan, alasannya sederhana 'jalannya becek'.
Tampaknya murid-murid senang belajar tentang sains dan selama ini materi sains belum memiliki guru. Untuk praktek aku menggunakan alat-alat yang seadanya yang tersedia di sana.
Tak terasa waktu pun berlalu dan hari sudah sore, materi untuk tiga kelas sudah aku sampaikan. Kemudian, bergegas pulang. Dari Patia berjalan kaki sampai ke Desa Dungusaur. Dari desa itu aku baru bisa menggunakan sepeda motor menuju Surianeun.
Dari pengalaman tersebut aku berpikir kembali dan menanamkan dalam hatiku bahwa banyak murid yang membutuhkan guru meskipun mereka masih hidup dalam suasana keterbatasan dan ketertinggalan.
Semakin kuat tekadku untuk terus mengajar dengan benar dan niat yang ikhlas di kedua tempat ini. Semoga apa yang aku lakukan mendapatkan barokah dari Allah s.w.t. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar